Kata yang Hilang
Kata yang hilang sudah begitu banyak. Kata yang tak berarah semakin ada. Kata yang tak tertulispun semakin jelas adanya. Mereka semua menghilang, mereka semua pergi. Lama, tapi perlahan mereka semua meninggalkan diri ini, yang buta akan sebuah pengucapan. Hanya kata yang dulu menemani, tapi sekarang? Dia hanya ditemani oleh keabu2an kehidupan yang setiap hari dia jalani. Berjalanan melewati barisan pohon itu, kucuran air tinggi yang berpelangi, tugu besar bertuliskan "Teman Selamanya". Hanya sebuah rutinitas abu2...
Ya, aku disini, memang disini. Dan inikah yang dinamakan takdir? Hah, jelas sekali bahwa setiap detiknya tak bernyawa. Kapan? Kapan aku menemukan setiap nyawa disetiap detik? Aku selalu berdalih untuk mencari2nya, padahal aku hanya berpura2 lari dari sebuah kenyataan. Aku disini dengan semua impianku, tapi aku disini masih dengan tembok dan awan abu2 yang aku ciptakan sendiri.
Masa ini, aku hidup dimasa ini. Masa dimana seharusnya sebuah penjiwaan diri mulai terlihat, dimana seharusnya aku bisa dengan keberanian "out of the box", menemukan semua kemustahilan yang aku ciptakan. Tapi lagi2, aku hanya terpaku dalam pembuatan tembok tinggi dalam pencapaianku.
Malu, ya malu pada semuanya. Hanya Omong Kosong belaka aku selama ini. Mimpi? Apa itu mimpi? Nyatanya, aku ketakutan oleh mimpi2 besarku dulu. Aku sudah mencoba pergi sejenak dari rutinitas ini, memejamkan mata hingga berjam2 lama'a tanpa melihat kehidupan diluar pintu coklat itu. Mencoba kembali menuliskannya, tapi hasilnya? Tetap NIHIL...
Seperti hampa rasa'a. Seperti belum menemukan sebuah pelangi dalam dunia keabu2an ini. Warna2 itu seperti masih tersembunyi, belum terusik dari persembunyiannya. Ingin, ingin rasa'a mencari orang2 yang mau bersama2 mencari warna2 itu, tidak, hanya seseorang saja. It's enough. Lagi2 semuanya NIHIL.
Aku sudah merombak kammarku, aku menatanya dengan sedemikian rupa agar aku mulai betah dan bisa berimajinasi ria diistanaku ini, mulai dengan "My WALL" dengan perhiasannya, tapi sampai sekarang "wall" itu masih kosong. Mulai dengan tempelan2 kata2ku seperti dulu, tapi juga nihil. Lalu, "Pohon OWL" yang ada disamping kasur awanku, dengan rindangnya dedaunannya, nihil pula. Bahkan "Pohon Impianku" masih seperti dulu pertama kali datang kesini, masih dengan kata2 dari Sepupuku. Seperti semuanya hampa n nihil.
Ya, ada sedikit semangat. Ya, ketika aku memulai menggerakkan tubuh untuk menemukan dunia lain itu. "Dancing". Ya, setidaknya ada sesuatu yang aku dapati ketika aku menari, dan aku menemukan dunia yang aku cari. Tapi sepertinya itu semua tidak cukup untuk melawan semua "bebatuan" yang ada ini. Abu2 ini semakin gelap, batu2 itu semakin dipercepat untuk menghampiri. Tapi sampai saat inipun, amunisiku tak terisi penuh. Positive2 press yang kembali aku kumpulkan, hanya mampu membuatku tersenyum dibibir saja. Tak seperti dulu, yang benar2 memberikan dorongan positive yang begitu kuat.
Oh, Penguasa segala ALAM. Hanya Engkau yang tau segala2nya. Baik n Buruknya sebuah perkara dan Hati Manusia. Berikanlah sebuah kekuatan hamba untuk melawan keabu2an ini. Hamba ingin, ingin bilang kesemua orang dan memberikan sebuah gambaran kata bahwa "pemimpi itu nyata. Dan nyata adalah kehidupan kedua kita yang nyata". Hamba ingin berimajinasi dan berealistis. Hamba ingin bilang bahwa "berbeda" itu nyata. Dan ingin melawan hal2 yang kasar n abu2 ini. Ingin melampaui batas yang hamba ciptakan sendiri. Ingin melampaui ketidakmampuan yang hamba ciptakan sendiri. Ingin membawa semua yang ada di imajinasi hamba keluar dan bersorak kemenangan diluar sini. Tapi rasa'a semua terasa berat dan hampa ya Allah.
Bodoh sekali ketika hamba berdoa menginginkan seseorang yang akan menjadi penunggang kuda dikerajaan Imajinasi hamba. Yang dengan kesederhanaan dan kedewasaannya membimbing hamba menjadi gadis yang lebih baik, dan tersenyum ketika hamba bertingkah kekanak2an, memarahi hamba ketika hamba malas2an. Membimbing hamba diatas kertas bertuliskan itu dengan sabarnya. Senyum dewasa'a menjaga hamba yang begitu imajinernya dikehidupan nyata ini. Menepuk pundak hamba dan tersenyum merangkul ketika hamba lelah dengan keabu2an ini, memberikan warna2 disetiap abu2 yang ada, dan memetikkan guitar disenja hamba. Mendengarkan petikan antara kita, duduk dikursi depan dipagelaran hamba, melihat dan mendengar dunia lain hamba, dan bersama memejamkan mata, pergi diatas bukit hijau dibawah pohon rindang itu.
Tapi, lagi2. Itu semua hanya pengimpian seorang pemimpi. Apakah harus hamba menunggu pangeran itu datang baru hamba berubah? Stupid. Banget! Ya Allah, tak ada lagi tempat selain pangkuan-Mu untuk menghangatkan jiwa ini. Semoga Pangeran mendengar keluh hamba pula. Dan bersegera menampakkan auranya.
Hai para penghuni imajinasiku, maafkan aku yang sekarang menjadi lemah dan tak sadarkan diri. Masih maukah kalian tetap ada disini? Untuk sementara menjaga kerajaan sampai sang pangeran tiba dari kerajaan seberang... Kuatkan diri kita...
-ellbo-
Pic : http://farm5.staticflickr.com/4145/5140211837_f8f6ea87a4_z.jpg
no comment yet
Posting Komentar